JNGOLD.ID - Harga emas dunia kembali mencatat sejarah. Pada awal September 2025, emas berhasil menembus level tertinggi sepanjang masa di kisaran US$ 3.650–3.690 per ons. Lonjakan harga ini terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global, pelemahan dolar AS, dan meningkatnya keyakinan bahwa bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), akan segera menurunkan suku bunga.
Kenaikan harga emas tidak terjadi begitu saja. Laporan ketenagakerjaan AS yang dirilis pada awal September menunjukkan pelemahan signifikan perekrutan melambat dan tingkat pengangguran naik hingga 4,3%, tertinggi sejak 2021. Kondisi ini membuat pelaku pasar memperkirakan peluang besar pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Suku bunga yang lebih rendah biasanya melemahkan dolar dan imbal hasil obligasi, sehingga emas yang tidak berbunga justru menjadi lebih menarik.
Selain data ekonomi, faktor politik juga ikut memengaruhi. Presiden AS Donald Trump belakangan ini gencar menekan The Fed untuk memangkas suku bunga, bahkan memecat salah satu gubernur The Fed, Lisa Cook. Tekanan tersebut menimbulkan keraguan atas independensi The Fed dan semakin mendorong investor beralih ke emas. Negara-negara yang memegang cadangan dolar pun mulai menambah emas sebagai alternatif penyimpanan nilai.
Dampak reli emas terasa secara global. Investor ritel hingga bank sentral berlomba-lomba membeli emas, sementara mata uang lain seperti yen Jepang dan poundsterling Inggris ikut melemah. Di dalam negeri, harga emas juga mencetak rekor baru, menembus lebih dari Rp 2 juta per gram.
Reli emas sudah berjalan sejak awal tahun 2025. Dalam kurun waktu kurang dari sembilan bulan, harga emas melonjak 30–38%, melanjutkan kenaikan 27% yang sudah terjadi pada 2024. Pasar kini menunggu data inflasi AS pekan ini untuk memperkirakan langkah The Fed berikutnya, yang bisa semakin menentukan arah harga emas.
Meski sudah mencatat rekor, analis masih melihat ruang kenaikan lebih lanjut. Seorang analis di Goldman Sachs Group bahkan memprediksi harga emas bisa menembus US$ 5.000 per ons jika ketidakpastian politik dan ekonomi global berlanjut. Namun, sebagian analis mengingatkan agar investor tidak terburu euforia dan tetap memperhatikan risiko pergerakan harga jangka pendek.
Emas kembali membuktikan diri sebagai aset safe haven di tengah gejolak ekonomi, politik, dan perdagangan dunia. Selama ketidakpastian masih berlangsung, kilau emas tampaknya belum akan meredup